Cakalang fufu

Telur Ikan Cakalanh

My video

Sambal Roa


Penghargaan SIDDHA KARYA 2018

Cerita Sukses Kartini, Modal Awal Rp 350 Ribu dan Ikan Pinjaman Kini Kartini Miliki Omzet Puluhan Juta

Kartini dan Produk-produk berbahan ikan laut buatannya
TRIBUNMANADO.CO.ID, MANADO - Sebuah mobil jasa pengiriman barang memasuki halaman depan rumah besar di Jalan Bailang, Kecamatan Tuminting, Manado. Rumah itu milik Kartini, seorang pengusaha makanan berbahan baku ikan laut. Mobil berhenti, seorang pegawai JNE turun. Dengan sigap langsung mengangkat dos-dos berisi abon ikan cakalang, sambal roa dan berbagai dos makanan lain ke dalam mobil.

Tak memakan waktu lama, seluruh barang termuat lalu mobil meluncur pergi. Kala itu Kartini sedang tidak berada di rumah, ia tengah mengikuti pameran Usaha Kecil Menengah (UKM) di luar Kota Manado.

“Enaknya pakai JNE, mereka mau datang menjemput barang-barang yang akan kita kirim, tidak dikenakan biaya tambahan lagi. Saya cukup menelepon mereka langsung datang, walaupun kemarin saya berada di luar kota, pengiriman barang tetap jalan karena JNE datang jemput ke rumah,“ ujar Kartini, ditemui tribunmanado.co.id di kediamannya.

Wanita bernama lengkap Kartini Anggraeny Igirisa menjadi pengusaha yang sukses. Produknya sudah tersebar hingga ke luar Sulawesi Utara. Saat ini hampir sedikit waktu senggang yang ia punya, karena sibuk melayani pesanan demi pesanan setiap hari.

Kesibukan lainnya adalah, ia kerap diundang ke luar kota untuk mengikuti berbagai pameran UKM dan memberikan pelatihan di beberapa daerah di Indonesia. “Bulan ini saya harus pergi ke beberapa daerah di Indonesia, ke Batam, Jakarta, Sumatera, dan Kalimantan. Saya diundang untuk ikut seminar sekaligus diminta memberikan pelatihan,” ujarnya.

Mungkin tak banyak yang mengetahui bahwa kesuksesan Kartini bukan sesuatu yang tiba-tiba jatuh dari langit. Wanita ini harus mengalami proses, yang untuk sebagian orang mungkin berat dan akan membuat putus asa. Kartini bahkan memulai usahanya saat ia tengah dilanda dengan berbagai persoalan yang cukup berat.

“Awal tahun 2010 saya akhirnya berpisah dengan suami saya. Saya menjadi single parent, harus membesarkan sendiri anak saya. Dengan berat hati saya kembali ke rumah orangtua saya,” ujar Kartini.
Kehidupan barunya saat itu benar-benar ‘berat’. Selama ini ia dan anaknya bergantung pada suami, ia sendiri hanya seorang ibu rumah tangga.

“Sejumlah barang saya sudah jual untuk menghidupi saya dan anak saya,” ujarnya. Akhirnya di tahun 2011 Kartini kemudian memutuskan melanjutkan kuliah yang tertunda, dengan harapan memiliki ijazah S1 bisa lebih berpeluang mengubah kondisi hidupnya saat itu.

Kartini Mengemas Abon Ikan Cakalang (tribunmanado)
Namun siapa yang sangka, awal perubahan hidupnya ternyata dimulai saat ia kuliah. Saat itu ia bertekad harus memulai usaha untuk membiayai kuliah dan kehidupan anaknya. Lalu Ia memutuskan menjual makanan olahan dari ikan laut, Abon Ikan Cakalang.

“Modal awal saya peroleh dari hasil mengerjakan tugas-tugas teman-teman kuliah saya. Kebetulan banyak PNS dan pegawai, mereka sibuk. Setiap tugas-tugas kampus mereka saya kerjakan. Terserah mereka mau bayar berapa, sukarela saja. Ada yang bayar Rp 50 ribu,” ujarnya

Uang hasil mengerjakan tugas teman-teman kuliahnya itu terkumpul Rp 350 ribu. Uang itu menjadi modal awal. Lalu ia belikan plastik pembungkus, biaya sablon, dan untuk membeli beberapa perlengkapan lainnya.

Lalu bagaimana ia memperoleh bahan baku utama, ikan cakalang? “Saat itu tinggal bahan baku ikannya, tak ada uang lagi. Akhirnya saya mendapat pinjaman ikan cakalang, saya boleh ambil dulu dan bayar kemudian,” ujarnya.

Tidak Putus Asa
Pertama kali Kartini mengolah dua kilogram ikan cakalang menjadi abon. Setelah jadi, tak langsung dijual.
“Abon ikan tester ini saya berikan ke teman-teman, sejumlah supermarket, dan toko-toko di Manado,” ujarnya. Dari sekian banyak toko dan supermarket, hanya satu yang merespons, Freshmart Bahu, Manado.
“Ternyata mereka minta 6 bungkus saja. Kalau dipikir jarak dari rumah saya di Sindulang ke Freshmart cukup jauh, jika hanya enam bungkus saja ya tak bisa menutupi biaya transportasi ke sana. Tapi saya tetap berfikiran positif, tak masalah saya tetap coba. Hitung-hitung pengenalan produk,” ujarnya.

“Seminggu kemudian saya mendapat telepon dari pihak Freshmart disuruh datang, senang sekali rasanya. Saat itu saya yakin abon ikan pasti laku semua. Tapi ternyata saya salah! Bayangkan, keenam bungkus abon ikan itu dikembalikan. Alasannya, kemasan rusak, sablonan di plastik kemasan luntur kena minyak, tampilan jadi kotor,” ujar Kartini.
Sambal Roa (ist)
Sempat kecewa, namun tak membuat dirinya putus asa dan menyerah. “Saya pulang ke rumah, saya perbaiki kemasannya. Saya masak ulang lalu kembali menawarkan ke toko-toko, supermarket. Tak peduli mereka sebelumnya sudah menolak produk saya,” ujarnya.

Bahkan, lanjut Kartini, ada satu supermarket yang sudah enam kali menolak produknya, dan baru penawaran ketujuh mau menerima. “Di Jumbo Swalayan saya enam kali ditolak, tapi saya tak putus asa. Pokoknya dipikiran saya bagaimana caranya supaya produk saya masuk dulu. Akhirnya alhamdulilah bisa masuk dan ternyata laku,” ujarnya wanita kelahiran 1 Maret 1978 ini.

Atas kegigihan dan tak pernah putus asa, sejumlah toko, supermarket akhirnya mulai menerima produknya. Selanjutnya keadaan menjadi terbalik, permintaan justru berdatangan. “Sekarang enak, sudah banyak kemudahan. Dulu belum ada media sosial seperti sekarang sehingga pemasaran masih konvensional, door to door. Sekarang sudah pakai sistem jaringan. Itu juga membantu perkembangan usaha saya,” ujarnya sambil memasukan kemasan abon ikan ke dalam karton.

Sejak dua tahun lalu ia mulai memasarkan menggunakan media online dan media sosial. Pesanan pun mulai berdatangan dari beberapa daerah di Indonesia.

Rumah yang dibangun hasil kerja keras Kartini (tribunmanado) 
Seiring dengan semakin banyaknya permintaan pasar, Kartini tak mampu bekerja sendiri. Ia mulai merekrut beberapa orang karyawan dan saat ini ia sudah mempekerjakan total 12 karyawan. Dalam sebulan, Kartini memproduksi 2.000 bungkus aneka makanan berbahan baku ikan. Mulai dari Abon Cakalang Manis/Pedas, Abon Cakalang Fufu, Sambal Roa, Sambal Teri hingga Acar , total ada 11 jenis. Setiap bulan omzet bisa mencapai sedikitnya Rp 30 juta.

“Setiap bulan saya mengolah sedikitnya 1 ton ikan cakalang asap, 100 kilogram ikan tuna dan sekitar 50 kilogram cabai. Belum jenis ikan lainnya, seperti ikan roa, ikan teri, “ ujarnya.

Dukungan JNE 
Hampir setiap hari ada saja pesanan yang harus dikirim ke luar daerah. Untuk jasa pengiriman barang, Kartini memilih JNE. Alasan, banyak kemudahan yang diberikan JNE kepada UKM seperti dirinya.
“Saat saya akan mengirim paket ke luar daerah, saya cukup telepon staf JNE. Mereka akan datang menjemput di rumah, gratis tanpa biaya tambahan. Bagi pengusaha seperti saya, itu sangat membantu sekali,” ujarnya.

Tak melulu soal bisnis pengiriman barang, lanjut Kartini, JNE juga memberikan pelatihan kepada para UMKM seperti dirinya untuk semakin meningkatkan kualitas produksi dan pemasaran semakin lebih luas lagi.

Pelayanan jasa yang diberikan JNE, bagi Kartini merupakan bagian yang juga berpengaruh dalam mendorong jangkauan bisnisnya semakin besar. Beberapa kali ia dilibatkan dalam seminar untuk meng-upgrade pengetahuannya soal perluasan pasar, packaging, dan banyak hal lain seputar UKM.
“Ada lagi yang saya paling suka dari JNE, hari minggu mereka tetap buka,” ujarnya.

Sekarang, Kartini tak lagi tinggal menumpang dengan orang tuanya. Ia sudah tinggal di rumah besar yang ia bangun dari hasil kerja kerasnya.“Saya bersyukur, semua persoalan yang saya alami dulu, justru menjadi cambuk, memaksa saya bangkit menjadi seorang single parent yang bisa berdiri di atas kaki sendiri, menghidupi diri saya dan anak saya secara mandiri,” ujarnya.

Kartini masih memiliki rencana besar ke depan. Belum lama ia membeli sebuah lahan yang cukup luas, tak jauh dari rumahnya. “Mimpi saya ke depan adalah punya pabrik pengolahan ikan. Dari sebagian hasil yang saya kumpulkan selama ini, saya belikan tanah di belakang rumah. Sudah saya bangun fondasi. Mudah-mudahan ada rezeki bisa cepat terealisasi,” ujarnya. (*)


Artikel ini telah tayang di tribunmanado.co.id dengan judul Cerita Sukses Kartini, Modal Awal Hanya Rp 350 Ribu dan Ikan Pinjaman, Kini Omsetnya Puluhan Juta, http://manado.tribunnews.com/2018/10/13/cerita-sukses-kartini-modal-awal-hanya-rp-350-ribu-dan-ikan-pinjaman-kini-omsetnya-puluhan-juta?page=4.
Penulis : Charles_Komaling
Editor : Aldi_Ponge